Rabu, 26 November 2014

Biologi perikanan - Taksonomi ikan



BAB II
TAKSONOMI
HASIL PEMBELAJARAN

 
 




Setelah mengikuti perkuliahan, menyelesaikan tugas dan melaksanakan latihan, diharapkan mahasiswa mampu:
1.      Menentukan konsep dasar dan fungsi taksonomi
2.      Menentukan sejarah sistematika
3.      Menggunakan sistimatika pisces dalam penulisan klasifikasi
4.      Menerapkan pembuatan speciment dan perawatannya
KRITERIA PENILAIAN

 
 



Tingkat keberhasilan mahasiswa dalam menguasai bab ini dapat diukur dari kemampuan mahasiswa dalam:
  1. Mendefinisikan tentang taksonomi
  2. Menjelaskan fungsi taksonomi
  3. Menjelaskan sejarah sistematika
  4. Menjelaskan sistimatika pisces dalam penulisan klasifikasi
  5. Mendemontrasikan cara pembuatan speciment 
  6. Menjelaskan cara merawat speciment  
SUMBER PUSTAKA

 
 



Agustini, M., Wirawan, I., Suyanto, Hayati, N., Sumaryan. 1993. Taksonomi Identifikasi ikan. Univ. Dr. Soetomo. Surabaya

Effendi, I. 1992. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Agromedia.    Bogor.

Saanin,H. 1971. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan I. Cetakan ke-2. Bina Cipta. Jakarta




PENDAHULUAN

 
 



Taksonomi disusun dengan memakai landasan berbagai cabang ilmu pengetahuan, misalnya : Morfologi, Fisiologi, Genatika, Ekologi. Karena itu ilmu pengetetahuan pada prinsipnya hidup dan berkembang terus, maka keuntungan serta kelemahan-kelemahan taksonomi sangat tergantung dari pengetahuan, teori serta metode yang digunakan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dipakai makin tinggi pula ketelitian yang dihasilkan.
Taksonomi adalah cara atau penyusunan tentang kalisifikasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan. Dalam taksonomi karrtagori yang umum dipergunakan adalah sebanyak 15 kartegori, yaitu : Phylum, sub phylum, super klass, klass, super ordo, ordo, sub ordo, super famili, famili, sub famili, genus, sub genus, species, sub species. Akan tetapi untuk penulisan pada buku laporan praktikum digunakan cukup dituliskan : Phylum, Sub Phylum, Klass, Sub Klass, Ordo, Sub Ordo, Family, Genus, Species (Agustini, M. et. al.).
Pada bab ini akan disampaikan tentang pengertian dan fungsi taksonomi, sejarah perkembangannya, sistematika pisces dan bagaimana cara membuat speciment serta aturan pengumpulan koleksi speciment.
URAIAN

 
 



2.1 Pengertian Taksonomi dan Fungsi 
Taksonomi atau sistimatika adalah suatu ilmu tentang klasifikasi dari organisme atau jasad-jasad. Taksonomi berasal dari bahasa yunani yaitu Taxis dan Nomos  yang berarti susunan atau pengaturan hukum. Jelasnya taksonomi adalah cara atau penyusunan tentang klasifikasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Agustini, A. et al. (1993). Semula istilah taksonomi hanya digunakan untuk klasifikasi tumbuh-tumbuhan, namun sekarang kedua istilah tersebut digunakan berganti bentuk untuk tumbuh-tumbuhan maupun binatang.
Klasifikasi merupakan segala ilmu pengetahuan mengenai alam hayati kemudian mengadakan inventarisasi selengkap-lengkapnya serta mencatat fonomena-fonomena kemudian hasilnya disusun secara berurutan dan beraturan. Semua materi yang terkumpul harus dideskripsi, dideterminasi  kemudian ditentukan namanya serta disusun klasifikasinya.

2.2    Sejarah Perkembangan Sistematika/Taksonomi

Sejarah taksonomi dapat dibagi dalam beberapa periode yang hampir serasi dengan pembagian tingkat taksonomi, yaitu (1) Sistematika Lama, ditandai oleh posisi yang memusat dari spesies yang secara tipologis ditetapkan, secara morfologis ditentukan dan bersifat non dimensional, (2) Sistematika baru, definisi spesies bersifat morfologis diganti dengan definisi bersifat biologis dengan mengikut sertakan pula faktor ekologis, geografis, genetis, dan lain-lain
Periode I:
Memberikan ciri dimana flora/fauna setempat diamati dan dipelajari pada abad sebelum Masehi oleh Aris Toteles. Merupakan periode dimana fauna setempat diamati dan dipelajari. Suku bangsa yang amat primitif merupakan pengenal alam yang sangat baik dan memberikan nama spesifik kepada makhluk hidup (pohon, bunga, mamalia, burung, ikan, dll).
Periode II:
Perhatian lebih dipusatkan pada penelaahan evolusi dari katagori-katagori yang lebih tinggi dan mencari penyambung yang hilang (Missing Lids). Periode ini juga dikenal sebagai periode eksplorasi yaitu penggalian ilmu pengetahuan melalui ekspedisi dan pengumpulan suatu jumlah sangat besar dari contoh-contoh bianatang dari segala pelosok dunia sehingga tersusun monografi tentang genus dan familia. Kegiatan ini mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-19.
Pada periode III:
Pada periode ini orang-orang melakukan ekpedisi untuk mengumpulkan berbagai jenis biota sehingga memungkinkan tersusunnya monografi mulai genus sampai species. Pada periode ini lebih banyak menenkankan tengan evolusi yang terjadi pada spesies. Hasil penelitian yang utama adalah Spesies tidak tetap dan uniform (satu bentuk), tetapi bersifat politype dan terdiri dari bermacam-macam subspesies dan populasi lokal (Saanin, H. 1971).
Tokoh dan Ilmuan
Lamarck à korelasi yang erat antara variasi spesies dan lingkungan
Mandel à Sebaliknya, bahwa lingkungan tidak mempunyai peranan yang berarti. Peranan mutasi besar-besaran membentuk spesies baru.
2.3. Sistematika Pisces
Species ini pertama kali digunakan oleh J. RAY (1686) dan kemudian dikembangkan oleh LINAEUS. Species menurut SAANIN (1971) adalah kelompok dari populasi alamiah yang secara aktual atau potensial melakukan perbaikan antar populasi dan secara reproduktif terisolasi dengan kelompok lain. Bila populasi tersebut mempunyai perbedaan yang nyata satu dengan yang lainnya, dengan catatan perbedaannya tidak secara prinsip. Maka populasi tersebut dikatagorikan sub. Species. Populasi yang tidak mempunyai sub species disebut species monotipe, sedangkan yang mempunyai dua atau lebih sub species maka dinamakan species polytype.
Genus/ Genura
Merupakan suatu kesatuan kolektif taksonomi yang terdiri dari beberapa species yang mempunyai hubungan erat.
Famili
Pada prinsipnya berdasarkan dari genus dalam pembentukan famili, jadi merupakan suatu katagori taksonomi yang terdiri dari satu atau beberapa genus yang secara filogenitis terpisah dari familia-familia lain oleh adanya peluang yang telah ditentukan.
Ordo, Class, Phylum
Merupakan katagori taksonomi yang lebih tinggi dari familia dan merupakan katagori kolektif dengan tujuan utama mengelompokkan tidak hanya species tapi genus, familia, dll.





Contoh: klasifikasi ikan Mas
Cyningdom (Dunia) Animalia
Phylum(filum)  Chordata
Classis (Klas)  Pisces
Ordo (Bangsa)  Ostarriophysi
Familia (Suku)  Cyprinidae
Genus (Marga)  Cyprinus
Species (Jenis)  Carpio

Nama ilmiahnya Cyprinus carpio (Internasional)
Nama lokal Ikan Mas
Dalam praktek cukup nama genus, dimulai huruf kapital. Nama species dimulai huruf kecil. Jika menghormati orang laki-laki diberi akhiran -i.Contoh Osteochilus hasselti. Dan untuk menghormati perempuan diberi akhiran                 -ae,contoh Plasmodium luphurae, jika sinonim perlu tambahan.

2. 4  Mengumpulkan Contoh dan Merawat Koleksi Speciment

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai banyak species ikan, oleh karena itu perlu adanya suatu koleksi ikan yang banyak. Dengan adanya koleksi atau dokumentasi ikan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai ikan termasuk dalam mata kuliah Biologi Perikanan,Taksonomi, Ikhtiologi, dll.
Menurut Saanin, H. (1971) bahwa tiap-tiap contoh atau specimen yang dikumpulkan harus diberi etiket. Suatu specimen yang tidak beretiket tidak berguna bagi seseorang yang mempelajari dan mempergunakan sistematika baru. Label atau etiket ini begitu pentingnya sehingga kadang kadang dianggap etiket ini lebih penting dari pada specimennya sendiri. Satu catatan yang terpenting pada etiket ini ialah keterangan tentang tempat dimana specimen ini diambil. Hal ini perlu disebabkan oleh karena dua tempat atau daerah yang berdekatan mungkin mempunyai sifat yang sangat berlainan secara tetap, sihingga dapat pula menimbulkan perbedaan dalam ciri-ciri dari binatang yang termasuk kedalam species yang sama. Jika tempat dari mana specimen itu diambil tidak begitu dikenal, umpamanya tidak tercantum dalam peta topografi, maka letak tempat itu terdapat sesuatu tempat yang lebih dikenal harus dinyatakan pula, Umpamanya “Tajur, 7 km selatan Bogor” (Saanin, 1971). Demikian pula penambahan nama kabupaten  sangat berguna.
Jika specimen itu diperoleh dipegunungan, amat berguna pula jika dicantumkan pula ketinggiannya dari permukaanair laut. Sedapat mungkin label atau etiket diisi di tempat mengumpulkan specimen itu sendiri dengan tinta yang tahan air, sedang etiketnya pun tahan air pula. Untuk koleksi kecil di Indonesia pada umumnya dipergunakan etiket yang memuat keterangan sebagai berikut :
Propinsi
      Pulau
      Perairan (tepat)
Nama Ikan (nama daerah)
Nama ilmiah (nama latin)
Yang mengumpulkan
Tanggal
Warna ikan
Klasifikasi

Mengawetkan specimen
Bahan pengawet yang biasa digunakan adalah formalin 4 % . Untuk ikan yang lebih besar dipergunakan konsentrasi yang lebih tinggi misalnya 5 %, dan untuk ikan yang lebih kecil dipergunakan konsentrasi lebih kecil, misalnya 2,5 % - 3 % (Saanin, H.1971)
Ikan yang lebih besar, panjangnya lebih dari 50 cm sebelum diawetkan formalin, terlebih dahulu sisi perut sebelah kanan dituris dengan pisau agar bahan pengawet lebih mudah masuk ke rongga perut. Penyampuran formalin dengan borak akan mencegah mengerisutnya ikan oleh formalin.Pengawetan dengan formalin cukup satu minggu. Untuk menyimpan selanjutnya, formalin harus dikeluarkan lagi dengan merendamnya dengan air biasa yang sering diganti selama dua hari, selanjutnya ikan disimpan dalam etyl-alkohol 70 %. Hal senada juga disampaikan oleh Effendi, I (1992), yaitu bahan pengawet yang baik adalah formalin 10 % atau alkohol 95 %, 70 %, atau 50 %. Sebelum alkohol digunakan, biasanya ikan diawetkan dulu dengan formalin selama beberapa hari, kemudian dicuci dengan air terus direndam selama 24 jam baru ditaruh dalam alkohol.
Menurut Saanin, H. (1971) agar warna asli ikan tidak berubah karena formalin, dipakai cara pengawetan sebagai berikut :
a. Ikan direndam dalam spirtus selama satu hari.
b. Sesudah itu ikan dipindahkan kedalam larutan yang terdiri dari :
-         100 gr garam dapur murni
-         5 gr garam glauber
-         50 gr glycerin
-         1 ltr air suling
c. Setelah ikan dimasukkan dalamlarutan b, maka tambahkan 10 – 15 tetes larutan kamferspiritus dan tempatnya ditutup rapat, sehingga udara tidak dapat masuk.

RANGKUMAN

 
 


1.      Taksonomi adalah cara atau penyusunan tentang klasifikasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan.
2.      Klasifikasi merupakan segala ilmu pengetahuan mengenai alam hayati kemudian mengadakan inventarisasi selengkap-lengkapnya serta mencatat fonomena-fonomena kemudian hasilnya disusun secara berurutan dan beraturan. Semua materi yang terkumpul harus dideskripsi, dideterminasi  kemudian ditentukan namanya serta disusun klasifikasinya.
3.      Sejarah taksonomi dapat dibagi dalam beberapa periode yang hampir serasi dengan pembagian tingkat taksonomi, yaitu  :
Periode I :
Memberikan ciri dimana flora/fauna setempat diamati dan dipelajari.                   Pada abad sebelum Masehi oleh Aris Toteles.
Periode II:
Perhatian lebih dipusatkan pada penelaahan evolusi dari katagori-katagori yang lebih tinggi dan mencari penyambung yang hilang (Missing Lids).
Periode III:
Pada periode ini orang-orang melakukan ekpedisi untuk mengumpulkan berbagai jenis biota sehingga memungkinkan tersusunnya monografi mulai genus sampai species.
4.      Dalam praktek cukup nama genus, dimulai huruf kapital. Nama spicies dimulai huruf kecil. Jika menghormati orang laki-laki diberi akhiran –i (Contoh Osteochilus hasselti). Jika menghormati orang perempuan diberi akhiran – ae, (Contoh Plasmodium luphurae) .
5.      Dengan adanya koleksi atau dokumentasi ikan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai ikan termasuk dalam mata kuliah Biologi Perikanan,Taksonomi, Ikhtiologi, dll.

LATIHAN SOAL

 
 



Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling benar !
1. Ilmu tentang klasifikasi dari organisme atau jasad-jasad sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dinamakan
a.       Biologi Perikanan                      d. Klasifikasi
b.      Ikhtiologi                                  e. Dinamika populasi
c.       Taksonomi

2. Merupakan suatu kesatuan kolektif taksonomi yang terdiri dari beberapa species yang mempunyai hubungan erat.
a.       Species                        d. Ordo
b.      Genus                                       e. Klass
c.       Famili

3. Populasi yang mempunyai dua atau lebih sub species maka dinamakan species
a.       Tunggal                        d. Polytype
b.      Monotype                                e. Homotype
c.       Heterotype



4. Species ini pertama kali digunakan oleh J. RAY (1686) dan kemudian dikembangkan oleh
a.       Linaeus                         d. Mandel
b.      Aristoteles                                e. Hasellty
c.       Lamarck

5. Periode dimana perhatian lebih dipusatkan pada penelaahan evolusi dari katagori-katagori yang lebih tinggi dan mencari penyambung yang hilang (Missing Lids) terjadi pada ……
a.       Periode I                                  d. Sistematika lama
b.      Periode II                                 e. Sistematika baru
c.       Periode III

Lengkapi pernyataan dibawah ini dengan menuliskan huruf dari kumpulan jawaban pada kolom kanan yang Anda anggap paling benar !

1
Ilmu pengetahuan mengenai alam hayati kemudian mengadakan inventarisasi selengkap-lengkapnya serta mencatat fonomena-fonomena kemudian hasilnya disusun secara berurutan dan beraturan

a.       Periode I

b.      Sistematika Baru

c.       Sistematika Lama

d.      Periode III

e.       Klasifikasi

f.        Taksonomi

g.       Monotype

h.       Polytype

i.         Heterotype
2
Sejarah taksonomi yang ditandai oleh posisi yang memusat dari spesies yang secara tipologis ditetapkan, secara morfologis ditentukan dan bersifat non dimensional
3
Sejarah taksonomi yang mempunyai definisi spesies bersifat morfologis diganti dengan definisi bersifat biologis dengan mengikut sertakan pula faktor ekologis, geografis, genetis, dan lain-lain
4
Periode dimana orang-orang melakukan ekpedisi untuk mengumpulkan berbagai jenis biota sehingga memungkinkan tersusunnya monografi mulai genus sampai species.
5
Populasi yang tidak mempunyai sub species disebut species …….


Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar !

1.      Apa yang saudara ketahui tentang taksonomi tujuannya?
2.      Tolong jelaskan apa divinisi dari klasifikasi ?
3.      Bagaimana sejarah perkembangan sistematika/taksonomi ?
4.      Apa yang saudara ketahui tentang species dan bagaimana cara penulisan sistematika pisces ?

Kerjakan Tugas Berikut !

Buatlah specimen ikan/udang sesuai dengan teori yang telah disampaikan, dilengkapi dengan etiketnya !


Selasa, 25 November 2014

makalah Pengantar ilmu Perikanan



Dosen : Ahijrah.R , S.St.Pi. M.Si

MAKALAH UU TENTANG PERIKANAN dan SPEFIKASI IKAN


Diajukan sebagai tugas mata kuliah







pengantar ilmu perikanan


Disusun oleh :


Pierre Carldine
Muhamad Zain
Muhamad Sandi
Aji Ahmad Sukron
Riko Supryanto

FAKULTAS TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
UNIVERSITAS POLITEKNIK
PONTIANAK
2014

(undang-undang RI Nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan (pasal yg behubungan dg hal yg dilarang dalam penangkapan ikan)


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 45 TAHUN 2009
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004
TENTANG PERIKANAN


Ada beberapa ketentuan yang berhubungan dengan sesuatu larangan dalam hal penangkapan ikan sehingga pasal berikut mengatur apa larangannya, kewajiban menjaga kelestarian plasma nutfah, serta besarnya sangsi yang akan diberikan.

Berikut adalah pasal-pasal yang berhubungan dengan hal tersebut yaitu: pasal 9, 14, 85

Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga Pasal 9 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 9
(1) Setiap orang dilarang memiliki, menguasai,
membawa, dan/atau menggunakan alat
penangkapan dan/atau alat bantu penangkapan
ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan
sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di
wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik
Indonesia.
(2) Ketentuan mengenai alat penangkapan dan/atau
alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu
dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
(3) Alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan
yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan
termasuk diantaranya jaring trawl atau pukat harimau, dan/atau
kompressor.

Ketentuan Pasal 14 ayat (3) diubah, sehingga Pasal 14
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 14
(1) Pemerintah mengatur dan/atau mengembangkan
pemanfaatan plasma nutfah yang berkaitan dengan
sumber daya ikan dalam rangka pelestarian
ekosistem dan pemuliaan sumber daya ikan.
(2) Setiap orang wajib melestarikan plasma nutfah
yang berkaitan dengan sumber daya ikan.
(3) Pemerintah mengendalikan pemasukan dan/atau
pengeluaran ikan jenis baru dari dan ke luar negeri
dan/atau lalu lintas antarpulau untuk menjamin
kelestarian plasma nutfah yang berkaitan dengan
sumber daya ikan.
(4) Setiap orang dilarang merusak plasma nutfah yang
berkaitan dengan sumber daya ikan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan dan
pelestarian plasma nutfah sumber daya ikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3), diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Ketentuan Pasal 85 diubah sehingga Pasal 85 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 85
Setiap orang yang dengan sengaja memiliki, menguasai,
membawa, dan/atau menggunakan alat penangkap ikan
dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang
mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya
ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan
perikanan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

http://3.bp.blogspot.com/_F4wOFpkISt8/S7bM-gHg5yI/AAAAAAAAACA/5kplhbT-lfc/s320/fish-anatomy.jpg
Ichtyologi adalah suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan dan segala aspek kehidupan ikan yang meliputi taksonomi, biologi (morfologi, anatomi, fisiologi, genetika, reproduksi, dll) dan ekologi (struktur komunitas, populasi, habitat, predator, dan persaingan serta penyakitnya). Ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm), hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang. Setiap jenis ikan memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik meskipun ada beberapa kemiripan ikan yang merupakan objek dalam mata kuliah ichtyologi, dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan baik secara kasat mata (ekternal anatomy), bagian dalam tubuh (internal anatomy) dan organ tambahan yang dimiliki oleh beberapa jenis ikan. Struktur internal dan eksternal ikan memberi gambaran bentuk tubuh dan bagian tubuh ikan yang akan menunjukkan pola makan, membedakan jenis kelamin, dan diagnosis penyakit. Pola makan yang dimiliki oleh suatu jenis ikan akan memberi acuan dalam hal fasilitas dan tipe budidaya yang akan digunakan dalam kultur jenis ikan tersebut. Selain itu, bentuk tubuh dan bagian tubuh ikan juga memberikan acuan dalam pengelompokkan tipe ikan yang berguna dalam klasifikasi. Ichtyologi merupakan ilmu pengetahuan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia perikanan. Ichtyologi mampu memberikan gambaran ikan secara lengkap kepada dunia perikanan baik secara external maupun internal, tidak hanya sekedar anatomi ikan saja. Oleh karena itu banyak kepentingan dunia perikanan yang dipelajari dan dipecahkan dengan bersumber dari ichtyologi.

Penggolongan Ikan dan Spesifikasi

Spesifikasi dan taksonomi merupakan salah satu hal penting dalam mempelajari ilmu perikanan. Mempelajari taksonomi berarti mengetahui pengelompokan suatu individu berdasarkan perbedaan dan persamaannya sedangkan taksonomi mempelajari tentang asal usul suatu individu.

A. Identifikasi dalam tingkat analitis

Identifikasi yang dilakukan merupakan identifikasi untuk mengenal ciri-ciri baik secara biologi maupun deskriptif dari suatu jenis ikan. Biasanya yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan identifikasi adalah:

1.       Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-­jari sirip dan bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.

2.       Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau antara bagian-bagian itu sendiri yang merupakan ciri umum.

3.       Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk.

4.       Bentuk sirip dan gigi

5.       Tulang-tulang insang

Selama praktikum dilakukan beberapa jenis identifikasi pada beberapa jenis ikan yang terdiri atas:

1) Penghitungan jari-jari sirip

Sirip pada ikan terdiri dan pinna caudalis, dorsalis, pectoralis, vertbralis dan analis. Sirip-sirip tersebut tersusun atas jari jari sirip yang bersifa keras, lemah dan lemah mengeras. Tiap jenis sirip memiliki semua jenis jari-jari sirip tersebut atau hanya sebagian saja.

Penulisan jari jari sirip dikodekan berdasarkan letak sirip tersebut pada tubuh ikan. Jumlah jari-jari sirip dituliskan dalam angka Romawi besar untuk jari-jari sirip keras, angka Romawi kecil untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka Arab untuk jari jari sirip lemah.



2) Garis rusuk lateral (Linea lateralis)

Salah satu obyek dalam sifat meristik adalah menghitung jumlah sisik yang ditalui oleh linea lateralis (1:1). Penghitungan sisik pada linea lateralis ini dimulai dari ujung anterior operculum terbelakang dan berakhir pada bagian caudal peduncle atau pangkal batang ekor. Jika terdapat lebih dari satu linea lateralis maka yang dihitung adalah yang sisik yang terletak di tengah. Seadainya linea lateralis tidak jelas ataupun tidak ada maka dihitung jumlah sisik di tempat biasanya garis rusuk tersebut berada.

3) Pengukuran tubuh ikan.

Ukuran dan perbandingan ukuran tubuh ikan dapat digunakan untuk melakukan penggolongan. Ukuran-ukuran ikan yang digunakan adalah:

a. Panjang total atau Total length (TL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai bagian sirip ekor paling posterior.

b. Panjang baku atau Standard length (SL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai pangkal batang ekor (caudal penducle)

c. Panjang sampai lekuk ekor atau l,‘ork length (FL) diukur dari bagian paling anterior sampai lekukan sirip ekor.

d. Panjang kepala atau Head length (HdL) diukur dari bagian kepala paling anterior sampai tutup insang paling posterior,

e. Panjang predorsal atau Pre-dorsal length (PreDL) diukur dari bagian kepala paling anterior sampai bagian anterior dasar sirip dorsal.

f. Panjang hidung atau Snout length (SntL) diukur dari bagian kepala paling anterior sampai kelopak mata paling anterior.

g. Panjang orbital belakang atau Post orbital length (Post-orbL) diukur dari bagian kelopak mata paling posterior sampai bagian tutup insang paling posterior.

h. Panjang mata atau Eve length (EyeL) diukur garis tengah dari rongga mata.

i. Panjang orbital atau Orbital length (OrbL) diukur jarak diantara kedua bagian terluar kelopak mata.

j. Panjang pangkal ekor atau Caudal penducle length (CPedL) diukur dari posterior dasar sirip anal sampai bagian pangkal batang ekor.

k. Tinggi badan adalah jarak terbesar antara dorsal dan ventral

l. Tinggi kepala adalah panjang garis tegak antara pertengahan kepala sebelah atas dengan pertengahan kepala sebelah bawah.

m. Tebal badan adalah jarak terbesar antara kedua sisi badan.

n. Tebal atau lebar kepala adalah jarak terbesar antara kedua keeping tutup insang pada kedua sisi kepala.

o. Tinggi pipi adalah jarak antara ringga mata dan bagian paling anterior dari keeping tutup insang terdepan (praeoperculum).

p. Tinggi bawah mata adalah jarak antara puiggir•an bawah rongga mata dengan rahang bawah.

q. Panjang rahang atas/bawah adalah jarak yang diukur dari ujung paling anterior sampai ujung paling posterior bertemu dengan badan, diukur melalui dasar sirip.

r. Panjang dasar sirip dadalperut adalah panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip, dari pangkal sirip dada/sirip perut sampai puncak tertinggi sirip tersebut.

s. Tinggi sirip punggung adalah jarak antara pangkal sirip sampai puncak sirip.


B. Identifikasi dalam tingkat sintesis

Selain melakukan identifikasi dari suatu jenis ikan ikan langkah selanjutnya adalah menyusun kelompok - kelompok yang lebih tinggi dan menetapkan ciri - ­cirinya sehingga dapat diperoleh suatu klasifikasi untuk jenis ikan tersebut.

Morfologi Ikan

Ikan, didefinisikan. secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya.

Bagian tubuh ikan mulai dari anterior sampai posterior berturut­ - turut adalah :

1) Kepala (caput) : bagian tubuh mulai dari ujung mulut sampai nnbagian belakang operculum.

2) Tubuh (truncus) : bagian tubuh mulai dari Batas akhir operculum nnsampai anus

3) Ekor (cauda) : dari anus sampai bagian ujung sirip ekor


BENTUK TUBUH

Kebanyakan ikan memiliki bentuk tubuh streamline dimana tubuh bagian anterior dan posterior mengerucut dan bila dilihat secara transversal, penampang tubuh seperti tetesan air. Penampang tubuh tersebut akan memberikan kemudahan ikan dalam menembus air sebagai media hidup. Bentuk tubuh tersebut biasanya dikatakan sebagai bentuk tubuh ideal (fusiform). Penampang tubuh ideal tersebut ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

Secara umum, bentuk tubuh ikan terbagi atas enam jenis yang terdiri dari :

1. Datar (flat/depressed)
http://4.bp.blogspot.com/_F4wOFpkISt8/S7bNzVj6lbI/AAAAAAAAACY/V0Xc4nlDV34/s320/pari_manta.jpg

Contoh : pari (Dasyatis sp),

ikan sebelah (Pseudopleuronectes americanus)

2. Ideal (Fusiform, streamline)

Contoh : hiu (Carcharinus leucas),

salmon, barracuda, tuna

3. Eel-like (elongated)

Contoh : lele (Clarias bathracus),

Lamprey http://3.bp.blogspot.com/_F4wOFpkISt8/S7bNrJt-B6I/AAAAAAAAACI/lrUia9LLk8Y/s320/sea-lamprey-makes-return-to-river-tamar_9.jpg

4. Pipih (ke bawah = depressed dan ke samping = compressed) Contoh : angel fish, butterfly fire

5. Bulat (rounded)

Contoh : buntal

6. Pita (ribbon)

Contoh : layur

LETAK MULUT (cavum oris)

Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi yang tergantung dari kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding dan foot habits). Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan gigi dan perbedaan bentuk gigi pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat digolongkan dalam :

1. Mulut terminal, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung kepala

2. Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung kepala

3. Mulut superior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak atas ujung kepala

ORGAN GERAK (SIRIP)

Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak. Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip. Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi.

Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu :

1. Pinna dorsalis (dorsal fin)

Adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak memutar.

1. Pinna pectoralis (pectoral fin)Adalah sirip yang terletak di posterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengerem).
2. Pinna ventralis (ventral fin)Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
3. Pinna analis (anal fin)Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
4. Pinna caudalis (caudal fin)Adalah sirip ikan yang berada di bagian posterior tubuh dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.
5. Adipose finAdalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak sirip ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis.

Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh spesies ikan, yaitu :

1. Jari-jari sirip keras

Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.

2. Jari jari sirip lemah

Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbuku­buku.

3. Jari jari sirip lemah mengeras

Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku.

Penggolongan ikan juga dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang dimiliki suatu jenis ikan. Tipe pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas :

1. Protocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna vertebralis terakhir mencapai ujung ekor.
2. Diphycercal

Merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing, simetris dengan ruas vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip.

2 Heterocercal

Merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral lebih pendek.

3 Homocercal

Merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan ditunjang oleh jari-jari sirip ekor.

GURAT SISI (linea lateralis)

Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.

Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya.

Pada beberapa jenis ikan, termasuk golongan Characin, linea lateralis merupakan satu garis panjang yang tidak terputus. Sedangkan pada kelompok ikan Cichlidae, linea lateralis yang dimiliki merupakan garis panjang yang terputus menjadi dua dengan potongan kedua berada di bagian bawah potongan pertama.


Sistem Integumen

Sistem integumen pada seluruh mahluk hidup merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup tersebut berada. Pada sistem integumen terdapat sejumlah organ atau straktur dengan fungsi yang beraneka pada bermacam-macam jenis mahluk hidup.

Yang termasuk dalam sistem integumen pada ikan adalah kulit dan derivat integumen. Kulit merupakan lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis pada lapisan terluar dan dermis pada lapisan dalam. Derivat integumen merupakan suatu struktur yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang sebenarnya.

Sistem integumen yang berhubungan langsung dengan lingkungan tempat hidup memiliki berbagai fungsi yang sangat vital pada kehidupan ikan, yaitu :




1. Pertahanan fisik
Merupakan fungsi utama dari integument yaitu sebagai pertahanan pertama dari infeksi, paparan sinar ultra violet [UV] dan gesekan tubuh dengan air atau benda keras lainnya. Hal ini disebabkan karena kulit memiliki kelenjar mukosa sebagai pelindung kulit dari parasit, bakteri dan mikroorganisme merugikan lainnya serta memperkecil gesekan dengan adanya sifat mucus yang licin.

2. Keseimbangan cairan [air]
Keseimbangan cairan dilakukan oleh integumen kelompok amphibian dan ikan memiliki sistem tersendiri dalam proses keseimbangan cairan yaitu dengan menggunakan insangnya.

3. Thermoregulasi
Thermoregulasi dilakukan oleh vertebrata dengan jalan memasukkan dan mengeluarkan panas secara bergantian melalui aliran darah pada kulit.

4. Warna
Warna yang ada pada integurnen ikan digunakan sebagai alat komunikasi, tingkah laku seksual, peringatan dan penyamaran untuk mengelabui predator. Warna yang dihasilkan akan berbeda-beda yang disebabkan karena perbedaan tempat hidup dari ikan tersebut. Pada open-water fishes, warna tubuh ikan terbagi atas warna keperakan di bagian ventral dan warna iridescent biru atau hijau di bagian dorsal [countershading]. Ada tiga macam warna dominan ikan yang hidup di lautan, yaitu keperakan bagi ikan yang hidup di permukaan laut, kemerahan pada ikan yang hidup di daerah tengah perairan dan violet atau gelap pada ikan yang hidup di dasar perairan.

5. Pergerakan
Pergerakan ikan dipengaruhi pula oleh keberadaan sisik yang membantu dalam meningkatkan kemampuan berenang ikan yang menghadapi halangan kuat.

6. Respirasi
Respirasi ikan tidak menggunakan kulit sebagai sarananya tetapi dilakukan oleh golongan Amphibian. Hal ini dilakukan karena kulit merupakan lapisan yang relatif tipis, selalu basah dan terdapat banyak pembuluh darah sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida dapat berlangsung.

7. Kelenjar kulit
Pada kulit terdapat kelenjar yang memungkinkan ikan dapat mengeluarkan pheromone untuk menarik pasangannya dan sebagai alat untuk menetapkan daerah territorial. Selain itu, kelenjar kulit juga dapat menghasilkan zat-zat racun yang berguna untuk mencari mangsa ataupun untuk pertahanan din’ dari predator.

8. Kelenjar susu
Kelenjar susu lebih banyak ditemukan pada vertebrata yang bersifat (terrestrial, meskipun. demikian pada ikan yang bersifat mamalia kelenjar tersebut juga berfungsi dengan baik.

9. Keseimbanaan garam
Keseimbangan garam [homeostatis] pada ikan dilakukan pada kulit dan insang yaitu dengan pengaturan kadar garam cairan tubuh ikan [osmoregulasi] sehingga cairan dalam tubuh akan tetap stabil sesuai dengan lingkungan dimana ikan berada. Pada ikan yang hidup di laut, kulit akan menjaga pengeluaran cairan dalam tubuh yang berlebihan sedangkan pada ikan yang hidup di perairan tawar, kulit akan mengatur agar cairan dari luar tubuh tidak terlalu banyak yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, kulit berperan dalam proses ekskresi hasil metabolisme yang dilakukan oleh tubuh.

10. Organ inderaKulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai reseptor dari stimulus lingkungan, misalnya panas, sakit clan s ntuhan. Derivat integumen seperti barbels dan flaps memiliki sel-sel svaraf sebagai indera (`vambar 21). Barbels berlungsi sebagai alat bantu makan dan mengandung organ-organ sensory serta sebagai alat untuk kamuflase pada ikan demikian juga flaps. Barbels ini ada yang berbentuk seperti alga. Letak dari barbels ada pada hidung, bibir, dagu, sudut mulut dengan bentuk rambut, pecut, sembulan, bulu dan lain-lain.

Derivat sisik yang dapat ditemui adalah modifikasi sisik placoid membentuk gigi Shark, kelenjar racun pada Dasyatidae. Selain itu terdapat juga bentukan barbells clan flaps selain organ cahaya.

Jenis sisik yang duniliki ikan dapat dibagi atas bahan-bahan pembentukannva, yaitu:

1. Sisik Placoid, yaitti sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok Elasmobranchii dan disebut dermal denticle. Sisik ini terbentuk seperti pada gigi manusia dimana bagian ectodermalnya memiliki lapisan email yang disebut sebagai vitrodentin dan lapisan dalamnya ‘disebut dentine yang berisi pembuluh dentinal.

2. Sisik Cosmoid, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie, lapisan bawahnya disebut cosinine dan bagian terdalam terdapat pefilbuluh darah, syaraf dan substansi tulang isopedine.

3. Sisik Ganoid, yaitu sisik yang memiliki lapisan terluar b erupa pemunpukan garani-garam anorganik yang disebut ganoine. Bagian dalamaya terdapat substansi tulang isopedine.

4. Cycloid dan Ctenoid, yaitu sisik yang tidak mengandung dentine. Dua jenis sisik ini paling banyak ditemui pada kebanyakan ikan.

Pengelompokan sisik selain berdasarkan bahan penyusunnya juga didasarkan atas bentuk sisik tersebut, yaitu:
1. Sisik Placoid, merupakan sisik yang tumbuhnya saling berdamputgan atau sebelah menyebelah dengan pola tumbuh mencuat dari kulitnya.

2. Sisik Rhombic, merupakan sisik yang berbentuk belah ketupat dengan pertumbuhan yang sebelah menyebelah.

3. Sisik Cycloid, merupakan sisik yang bentuknya melingkar dimana didalamnya terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus.

4. Sisik Ctenoid, merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya dan bentukan sisir pada bagian anteriornya.